Sukses tidak Diraih dengan Cara Mudah - Ir.Roy Manik
Sep 26, 2008
Author: Webmaster | Filed under: Motivasi

Saat
ini yg sering kita dengar dan baca tentang Bp.Roy Manik, Top Leader
Platinum Group, melulu cerita kesuksesannya. Bahwa beliau kini telah
mampu memiliki berbagai mobil mewah, beberapa rumah dan apartemen, dan
penghasilan puluhan juta rupiah tiap harinya. Tapi tahukah bahwa Bp.Roy
Manik untuk mencapai segala kesuksesannya hari ini harus membayar dengan
keringat dan perjuangan yg mungkin tidak banyak diantara kita yg tahu.
Karena saya sering bertemu beliau, dalam forum2 sharing ataupun
pertemuan2 pribadi, saya berkesempatan mendengarkan cerita beliau
bagaimana perjuangannya dalam mencapai kesuksesannya hari ini melalui
Melia Nature Indonesia tidak dicapai dengan cara yg mudah. Untuk itu
bagi rekan2 yg belum pernah mendengarkannya secara langsung, saya akan
menuliskannya di sini yg semoga bisa menjadi inspirasi bagi rekan2 dan
menjadikan motivasi untuk bisa bersama sukses di Melia Nature Indonesia!
Sekitar 4 tahun lalu, Pak Roy dikontak kawan lamanya sewaktu di SMA
di Medan dulu yaitu Bp.Sukur Nababan. Saat itu Pak Roy tinggal di
Bandung dan Pak Nababan di Jakarta. Dengan modal gelar S2 dari Teknik
Geodesi (satelit) Institut Teknologi Bandung, saat itu pekerjaan Pak Roy
adalah menjadi dosen di kampus ITB serta mengerjakan berbagai proyek yg
diberikan oleh rekanan ITB. Sementara itu Pak Nababan tadinya bekerja
di sebuah perusahaan asing dengan posisi sebagai GM namun
ditinggalkannya sejak beliau mengerjakan sebuah bisnis yg saat itu
sangat tidak jelas asal-usulnya, yaitu
Melia Nature Indonesia (saat itu namanya masih Melia Summit Indonesia).
Pak Roy mengatakan sebagai seorang dengan latar belakang teknik, dan
nilai matematika sejak SD s/d SMA tidak pernah kurang dari 9, beliau
adalah orang yg anti MLM!! Maklum dalam hitung2an beliau, untuk sukses
di bisnis MLM probabilitynya sangat kecil. Apalagi untuk mencapai sukses
di bisnis ini ada begitu banyak syarat mulai dari sistem peringkat, dan
banyak syarat2 jebakan lainnya. Menurutnya jika ada orang yg datang
kepadanya lalu mulai menggambar “bulatan-bulatan” (semua orang MLM pasti
menggambar bulatan! hehehe…) pasti langsung diusir. “Boro-boro
mendengarkan, baru mulai gambar saja pasti langsung saya usir!” demkian
menurut Pak Roy.
Nah, saat Pak Nababan mengontak Pak Roy, sama sekali tidak terpikir
bahwa Pak Nababan akan membawakan gambar2 bulatan yg akan mengubah hidup
Pak Roy selamanya. Yg Pak Roy tahu, sejak selepas SMA mereka berpisah,
Pak Roy melanjutkan kuliah di ITB sementara Pak Nababan di Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara (USU), mereka belum saling bertemu
lagi. Jadi ketika Pak Nababan mengontak, yg ada dipikiran Pak Roy adalah
pertemuan antar kawan lama. Saat itu Pak Nababan masih naik bis, beliau
pergi dari Jakarta menuju Bandung secara khusus untuk menemui Pak Roy.
Begitu bertemu di Bandung, setelah sedikit bercerita ttg kenangan lama,
tiba2 Pak Nababan bilang kalau dia punya bisnis bagus. Sebagai seorang
pebisnis Pak Roy cukup antusias dan berpikir mungkin mereka bisa bekerja
sama mengerjakan proyek “serius”.
Yg mengherankan ternyata saat Pak Nababan mulai mengeluarkan kertas
untuk menjelaskan “bisnis” yg beliau maksud, beliau mulai menggambar
bulatan2, sesuatu yg dibenci Pak Roy! Menurut Pak Roy, kalau saja yg
menggambar itu bukan Pak Nababan, kawan lamanya, sudah pasti saya usir!
Jadi Pak Roy Cuma bilang secara halus “Sudahlah Lae (panggilan akrab
khas Sumatera Utara)… kamu kan tahu saya tidak suka dan tidak akan
pernah ikut bisnis ginian…. sekarang mending kita makan2 saja lah…”
Tapi Pak Nababan bilang, “Ooo ini lain Lae, berikan waktu setengah
jam saja untuk aku terangkan, nanti kau putuskan apa mau terima atau
tidak terserah?”
Karena tidak enak hati Pak Roy memutuskan untuk membiarkan Pak
Nababan melakukan presentasi. Sampai selesai presentasi Pak Roy
sebenarnya tidak tertarik, Cuma karena dalam penjelasan itu disinggung
pula ttg manfaat obat, khususnya propolis, dan sekedar untuk
menyenangkan kawan lamanya itu, Pak Roy akhirnya memutuskan untuk
membeli.
“Berapa saya harus keluarkan uang?” kata Pak Roy. Pak Nababan
menyarankan Pak Roy bergabung 7 unit (saat itu opsi tertinggi untuk
bergabung adalah 7 unit). Singkat cerita Pak Roy langsung bergabung 7
unit dan mendapat 7 unit produk. Saat itu propolis digunakan Pak Roy
untuk mengobati anaknya yg terserang penyakit demam berdarah dan juga
untuk mengobati penyakit asam urat Pak Roy yg sudah akut. Ternyata
propolis bekerja sangat baik bagi Pak Roy dan keluarganya. Sejak itu Pak
Roy mulai menyarankan kawan2 dekatnya untuk menggunakan propolis
sebagai alternatif untuk mengobati penyakitnya.
Karena saat itu Pak Roy bergabung 7 unit maka beliau pun selalu
menyarankan kawan2nya untuk bergabung (membeli) 7 unit. Yg terjadi
kemudian, bonus harian dari MNI mulai dirasakan. Karena closingnya rata2
7 unit yg terjadi maka bonus2 Pak Roy mulai menyentuh angka jutaan.
Tentu rekan2 SPX paham dari bonus sponsor saja, untuk orang yg bergabung
7 unit kita mendapat bonus Rp.700rb, plus dari bonus leadership 6 kiri -
6 kanan sebesar Rp.510rb (kalau ada 2 orang masing2 bergabung 7 unit).
Wah ternyata enak juga ya kata Pak Roy terima bonus yg dibayar harian.
Sejak itu Pak Roy memutuskan untuk lebih serius di bisnis ini dan
meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai dosen di ITB. Dengan ketetapan
hati dan dukungan dari istri tercinta Pak Roy memutuskan untuk mengambil
resiko.
Di sinilah perjuangan Pak Roy dimulai.
Pertama,
saat menjalankan bisnis ini beliau tidak tahu cara memulai menjalankan
bisnis ini dengan benar. Maklum saat itu platform ESN (Excellent
Strategi of Network) belum tercipta.
Kedua,
orang tidak tahu apa itu MNI dan cenderung sinis, tidak seperti kalau
bicara AMWAY, CNI, TIANSHI dll orang mungkin sudah kenal, tapi Melia
Nature? Siapa pula yg kenal? Yg
terakhir adalah cibiran dari kawan2 dekat dan persepsi negatif mereka ttg bisnis ini.
Pernah suatu ketika Pak Roy membuat brosur sebanyak 2.000 lembar dan
membagikannya satu demi satu kepada setiap orang di sebuah mall. Saat
ada kawannya yg melihat Pak Roy melakukan itu, mereka semua garuk2
kepala dan bilang “apa tidak salah Roy?? Masa pekerjaanmu di ITB kamu
tinggalkan untuk pekerjaan main2 seperti ini?” Tapi saat itu Pak Roy
tegar dan cuma bilang kalau satu hari saya pasti sukses dari bisnis ini.
Tapi kenyataannya yg terjadi adalah dari 2.000 lembar brosur yg
dibagikan,
tak seorang pun yg tertarik dan bergabung!!
Lalu berbagai cara lainnya Pak Roy coba jalankan, tapi ternyata
perkembangan bisnis MNI nya tidak semudah yg beliau bayangkan dulu. Hari
demi hari dilalui tanpa closing dan mendapat bonus, dan itu artinya
tidak ada penghasilan untuk keluarganya! Sampai satu hari Pak Roy
memutuskan untuk berhenti dari bisnis MNI dan kembali ke kampus sebagai
dosen. Dengan kata lain…
Pak Roy menyerah!!
Saat Pak Roy mengutarakan hal tsb kepada istrinya, istrinya cuma bilang singkat saja… “masa baru begitu saja sudah menyerah!”
Menurut Pak Roy ucapan istrinya tsb lah yg akhirnya membakar semangat
dan beliau benar2 merasa tertantang. Akhirnya Pak Roy memutuskan untuk
bekerja lebih keras lagi, keyakinan yg lebih mendalam thd bisnis ini dan
benar2 bekerja secara total. Saat itu setiap ada kesempatan untuk
prospek, misalnya saat menunggu istrinya belanja di supermarket Pak Roy
berkenalan dengan orang baru dan menjelaskan bisnis MNI ini. Beliau
benar2 mengesampingkan ego pribadinya untuk menjalankan bisnis yg saat
itu “masih belum jelas”
Beliau juga rela menempuh perjalanan dengan menggunakan bis umum
selama 20 jam lebih ke daerah Jawa Timur karena dijanjikan oleh
seseorang bahwa dia akan mengumpulkan sekitar 30 orang untuk
mendengarkan presentasi Pak Roy. Yg terjadi sesampainya disana, tak
seorang pun yg datang. Dan orang yg mengundang cuma bilang “Maaf pak,
ternyata mereka semua pada punya acara lain.” Meski kesal Pak Roy tidak
menyerah dan terus berjuang.
Rekan2 SPX dahsyat! Cerita Pak Roy itu benar dan saya termasuk orang
yg melihat perkembangan Pak Roy di MNI dari dekat. Pada tahun 2006
kesuksesan Pak Roy di MNI belum seperti sekarang. Ukuran paling kasat
mata, mobilnya saat itu pun “masih” Suzuki Escudo. Tapi dalam waktu satu
tahun berikutnya pada tahun 2007 mobilnya sudah berganti menjadi Grand
Vitara, untuk kemudian hanya dalam waktu 6 bulan berikutnya diganti
menjadi Toyota Fortuner, dan pada awal 2008 Pak Roy sudah bisa membawa
sebuah sedan Jaguar ke acara2 pertemuan MNI.
Acara makan2 bersama jaringan di Kota Malang, Jatim
Dan saya tahu persis semua kesuksesan yg menjadi bahan edifikasi
seluruh jaringannya bukan sekedar “bluffing” atau omong kosong, tapi
benar2 kenyataan. Yg jelas, saya berkesempatan menaiki mobil2 beliau.
Dan saat bepergian keluar kota saya ikut Pak Roy menginap hanya di hotel
terbaik di kamar terbaik. Sebagai contoh saat kami mengadakan
perjalanan ke Semarang pada bulan Juni 2008, kita menginap di Novotel
Semarang di Suite Room yg bertarif Rp.2.000.000 semalam. Juga berbeda
dengan leader di M_LM lain yg minta “diservis” oleh jaringannya, Pak Roy
justru menraktir jaringannya, baik untuk acara makan atau mungkin
bergembira bersama bernyanyi di tempat karaoke (family karaoke).
Di NAV Karaoke Malang, Jatim
Sebenarnya saat Pak Roy menunjukkan semua kemewahan tsb, beliau bukan
bermaksud pamer, tapi untuk menunjukkan kepada rekan2 semua bahwa
bisnis MNI ini, jika dikerjakan serius dia akan memberikan hasil yg
serius.
Di suite room Novotel Semarang. Kiri-kanan: Simon Manik, Iyus Supriyadi, Roy Manik, Andre Walker, Dadang Wibawa
Dari cerita ini, sesuatu yg penting yg bisa kita petik adalah, bahwa
bicara soal kesulitan, soal kerja keras, dan soal menyerah, ternyata
bukan dialami oleh kita saja… tapi juga oleh Pak Roy. Yg terpenting
adalah bukan soal
ada atau tidaknya tantangan dan kesulitan,
tapi SIAPKAH kita menghadapi semua itu demi suatu kesuksesan yg akan
kita rasakan dan keluarga kita rasakan nantinya. Jadi Pak Roy dengan
sikap
selalu berpikir positif,
kemauan untuk bekerja keras & menekan ego, serta melangkah penuh keyakinan
telah membuktikan, hanya dalam waktu sekitar 4 tahun saja, apa yg hari
ini masih kita impikan tentang arti kesuksesan, telah bisa beliau raih!
Maukah kita mengikuti jejaknya?